Senin, 09 April 2012

The Raid, Awal Kesuksesan Perfilman Indonesia

Melihat liputan VOA tentang Pemutaran Film ‘The Raid’ di Washington DC mengingatkan saya tentang pengalaman saya ketika menonton film ini beberapa waktu yang lalu.


The Raid: Redemption, satu-satunya film yang berhasil membuat saya penasaran sejauh ini. Satu-satunya? Terkesan berlebihan, tapi memang satu-satunya. Saya bukan seorang movie freaks yang haus akan film-film terbaru dan selalu berusaha menjadi yang pertama dalam setiap pemutaran film-film (yang katanya) terbaik. Saya lebih cenderung menjadi seorang penikmat film melalui DVD player daripada menonton langsung di bioskop, yang berarti saya kurang memenuhi kriteria untuk mendapatkan gelar movie freaks. Tapi The Raid berbeda, film ini berhasil merubah saya dari seorang penikmat film melalui DVD player menjadi seorang yang harus nonton saat premiere. 

Awalnya ada teman yang nge-tweet “The Raid Masuk Daftar 50 Film Action All The Time (Versi IMDb)” dengan tautan beritanya. Kemudian saya buka tautan yang baru saja di-tweet teman saya, ternyata The Raid berhasil jadi film Indonesia pertama dan satu-satunya yang nangkring di 50 Film Action All The Time (Versi IMDb). Padahal saat itu The Raid belum dirilis secara resmi tapi sudah berhasil nangkring di posisi 44 dalam 50 Film Action All The Time (Versi IMDB). Hal inilah yang mulai menumbuhkan rasa penasaran saya akan film ini.


Namun bagi saya yang tinggal di Jember (Jawa Timur), hal yang sangat mustahil bisa menonton The Raid saat premier langsung di tempat tinggal saya. Saat ini di Jember belum terdapat jaringan bioskop 21. Salah satu faktor yang membuat saya menjadi penikmat film lewat DVD player saja.

Ya! Film ini berhasil merubah saya dari penikmat film lewat DVD player menjadi seorang yang harus nonton saat premiere. Namun karena masih banyak hal yang harus dikerjakan di Jember, rencana untuk nonton The Raid saat premiere harus diurungkan hingga akhirnya saya dan tiga teman saya sepakat berangkat ke Surabaya pada tanggal 28 Maret 2012.


Setelah nonton The Raid, awalnya saya dan teman-teman saya sempat speechless karena kagum akan film ini. Hingga akhirnya kita semua saling berebut berkomentar akan kerennya film ini. Dan komentar-komentar kita semua saat itu cukup beragam. Menurut saya film ini dari segi cerita sangat sederhana. Namun pilihan alur cerita yang sederhana adalah pilihan yang tepat, sehingga film ini bersifat netral dalam artian tidak membawa pesan politik apapun. Terkadang atau bahkan kebanyakan film action selalu menyertakan pesan-pesan politik di dalamnya.


Kembali ke The Raid, walaupun dengan alur cerita yang sederhana, film ini mampu menyuguhkan adegan-adegan action berkelas dunia. Menampilkan seni bela diri silat yang asli Indonesia sebagai bentuk martial art utama dalam film ini tentunya akan semakin memperluas wawasan masyarakat dunia bahwa bela diri di dunia ini tidak hanya tae kwon do atau pun karate. Namun masih ada pencak silat, yang merupakan perpaduan antara gerakan yang indah dengan gerakan bela diri yang mantap dan sigap. Sehingga kita semua saat itu sepakat bahwa The Raid is awesome movie! Tidak heran jika film ini berhasil menuai sukses di beberapa Festival Film Internasional, seperti yang diberitakan VOA. Mulai dari Toronto International Film Festival, Dublin International Film Festival hingga menjadi nominasi di salah satu festival film bergengsi di Amerika yaitu Sundance Film Festival berhasil diraih oleh The Raid. Bahkan masih dalam liputan oleh VOA, seorang narasumber mengatakan "Ini sejarah baru di industri film Indonesia, untuk pertama kali film Indonesia diputar di Indonesia, Amerika, Kanada dan Australia. Tentu bangga banget".

Rasa bangga saya akan film ini semakin membuncah ketika salah satu penonton The Raid di Washington DC dalam liputan VOA kurang lebih mengatakan, “Exciting from the beginning to the end, the audience makes reactions, so it was a good movie. Ya, sure. I mean Indonesia is right country to visit”.  Bangga sekali rasanya film ini bisa membawa nama baik Indonesia di dunia internasional, apalagi hingga mendapatkan apresiasi yang sangat baik oleh penikmat film di Amerika yang merupakan kiblat perfilman dunia.


Harapan saya, janganlah puas sampai disini seiring dengan prestasi yang diraih The Raid hingga sekarang. Tetap semangat menghasilkan karya yang berkualitas untuk para sineas perfilman Indonesia. Jika dulu perfilman nasional yang sempat mati suri telah dibangkitkan oleh Petualangan Sherina dan Ada Apa Dengan Cinta?. Sekarang sudah saatnya perfilman Indonesia melanjutkan fasenya, dari fase kebangkitan menuju fase kesuksesan. Semoga The Raid: Redemption atau Serbuan Maut untuk judul versi Bahasa Indonesia bukanlah pembuka sekaligus penutup dari cerita kesuksesan film Indonesia di kancah perfilman dunia. Namun menjadi langkah awal dari kesuksesan perfilman Indonesia di dunia perfilman internasional. 


Selengkapnya: Liputan Pop News VOA April 2012 pada tanggal 7 April 2012 dengan judul "Pemutaran Film 'The Raid' di Washington DC"



Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Ngeblog VOA

Selasa, 03 April 2012

SBSV 2011, Act And Be Inspired!

Postingan baru kali ini intinya lanjutan dari postingan yang ini. Ceritanya belum rejeki nih jadi Grantee IELSP, sedih sih, tapi saya tipe2 orang yang cepet banget moving on kalo lagi sedih ato dapet masalah dan sejenisnya (menurut saya.. hehe) tapi masih ada cerita seru lainnya.
SBSV 2011 alias Sampoerna Best Student Visit 2011. Best student, berat banget ya namanya, kalo ngeliat temen2 laennya sih pantes dibilang best student. *BRB ambil kaca*. Kalo saya lebih ke lucky student keknya. Hehe :D


Kegiatan ini dasarnya adalah salah satu program CSR dari Sampoerna. Mengundang mahasiswa/i perwakilan dari 27 kampus pilihan Sampoerna dimana tiap kampusnya dijatah 3 perwakilan buat ikut acara semacam pengembangan diri dan kunjungan ke beberapa spot asik punya Sampoerna. Kebetulan Universitas Jember termasuk dalam 23 kampus pilihan Sampoerna dan kebetulan lagi saya yang dipilih buat jadi salah satu dari tiga representative Universitas Jember di SBSV 2011. Just my luck! ;)


Cerita lebih seru dan lengkapnya tentang SBSV 2011 bisa liat (kek ada yg baca aja) di postingan blognya Livia. Kalo foto2nya sih saya suka di Album2 fotonya Gilang: The People sama The Sceneries. Intinya, bersyukur banget bisa jadi bagian dari Sampoerna Best Student Visit 2011, banyak banget hal positif yang saya dapatkan. :)






Bonjour!

Assalamuailaikum! Bonjour! Anyong haseyo!
Postingan pertama di blog ini saya dedikasikan buat blog saya sebelumnya.
Ya! Blog saya sebelumnya. Sebenernya udah ngeblog di tumblr, tapi karena lebih seru di blogspot (sepertinya), salah satunya kita bisa liat statistik pengunjung blog kita, akhirnya saya putuskan buat ngeblog di sini aja, hehe.

Regards,
Gerry.